Rabu, 27 Februari 2013

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN FRAKTUR CRURIS



ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN FRAKTUR CRURIS

I.        PENGERTIAN

      Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000)

II.     JENIS FRAKTUR
a.       Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran.
b.       Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
c.       Fraktur tertutup:  fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
d.      Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang.
e.       Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya membengkak.
f.        Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
g.       Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen
h.       Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
i.         Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
j.         Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang  oleh ligamen atau tendo pada daerah perlekatannnya.

III.  ETIOLOGI
a.       Trauma
b.       Gerakan pintir  mendadak
c.       Kontraksi otot ekstem
d.      Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma

IV.  PATYWAYS

Trauma langsung                                                trauma tidak langsung                                       kondisi patologis


 


                                                                      FRAKTUR
nyeri
 
                                                               
Diskontinuitas tulang        pergeseran frakmen tulang            












 
Perub jaringan sekitar                                                                         kerusakan frakmen tulang






 
Pergeseran frag  Tlg                laserasi kulit:        spasme otot                tek. Ssm tlg > tinggi dr kapiler
                                           
Kerusakan integritas kulit
 
                                       putus vena/arteri       peningk tek kapiler reaksi stres klien
deformitas
                                   perdarahan            pelepasan histamin         melepaskan katekolamin
gg. fungsi                                                                                
                                                                  protein plasma hilang               memobilisai asam lemak
                          kehilangan volume cairan
Gg mobilitas fisik
 
                                                                                  edema                   bergab dg trombosit
Shock hipivolemik
 
                                         
                                                                                                                     emboli
        penekn pem. drh
                                                                                          menyumbat pemb drh
                                                       penurunan perfusi jar
                         
gg.perfusi jar
 
                                                                       


 



V.     MANIFESTASI KLINIS

a.       Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema
b.       Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
c.       Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat  diatas dan dibawah tempat fraktur
d.      Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
e.       Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

VI.  PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.       Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
b.       Pemeriksaan jumlah darah lengkap
c.       Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
d.      Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal
VII.     PENATALAKSANAAN

a.       Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin  untuk kembali seperti letak semula.
b.       Imobilisasi fraktur
      Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna
c.       Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
 Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan
 Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri
 Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau
 Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah

VIII.  KOMPLIKASI
a. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
b. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
c. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali

IX.  PENGKAJIAN
1.       Pengkajian primer
-          Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk
-          Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
-          Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
2.       Pengkajian sekunder
a.Aktivitas/istirahat
z  kehilangan fungsi pada bagian yangterkena
z  Keterbatasan mobilitas
b.       Sirkulasi
z  Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
z  Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
z  Tachikardi
z  Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
z  Cailary refil melambat
z  Pucat pada bagian yang terkena
z  Masa hematoma pada sisi cedera
c.       Neurosensori
z  Kesemutan
z  Deformitas, krepitasi, pemendekan
z  kelemahan
d.      Kenyamanan
z  nyeri tiba-tiba saat cidera
z  spasme/ kram otot
e.              Keamanan
z  laserasi kulit
z  perdarahan
z  perubahan warna
z  pembengkakan lokal




X.     DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
a. Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitasr fraktur, kerusakan rangka neuromuskuler
Tujuan : kerusakn mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperaawatan
Kriteria hasil:
z  Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
z  Mempertahankan posisi fungsinal
z  Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit
z  Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas
                                      Intervensi:
            a. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan
b. Tinggikan ekstrimutas yang sakit
c. Instruksikan klien/bantu dalam latian rentanng gerak pada ekstrimitas yang sakit dan tak sakit
d.Beri penyangga pada ekstrimit yang sakit diatas dandibawah fraktur ketika bergerak
e. Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
f.  Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan AKS dalam lngkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan’Awasi teanan daraaah, nadi dengan melakukan aktivitas
g. Ubah psisi secara periodik
h. Kolabirasi fisioterai/okuasi terapi
b.Nyeri b.d spasme tot , pergeseran fragmen tulang
   Tujuan ; nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan
Kriteria hasil:
 Klien menyatajkan nyei berkurang
 Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat
 Tekanan darahnormal
 Tidak ada eningkatan nadi dan RR
Intervensi:
a.                  Kaji ulang lokasi, intensitas dan tpe nyeri
b.                 Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
c.                    Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas hiburan
d.                 Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi
e.                  Jelaskanprosedu sebelum memulai
f.                  Akukan danawasi latihan rentang gerak pasif/aktif
g.                   Drong  menggunakan tehnik manajemen stress, contoh : relasksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan
h.                 Observasi tanda-tanda vital
i.                   Kolaborasi : pemberian analgetik

C.         Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka , bedah perbaikan
Tujuan: kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan
Kriteria hasil:
z  Penyembuhan luka sesuai waktu
z  Tidak ada laserasi, integritas kulit baik

Intervensi:
a.       Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainae
b.      Monitor suhu tubuh
c.       Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang menonjol
d.      Lakukan alihposisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh
e.       Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan
f.       Masage kulit ssekitar akhir gips dengan alkohol
g.      Gunakan tenaat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi
h.      Kolaborasi emberian antibiotik.


DAFTAR PUSTAKA




1.       Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta. EGC
2.       Donges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC
3.       Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart.  Edisi 8. Vol  3. Jakarta. EGC
4.       Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta. EGC










kelemahan otot



A.    PENGERTIAN KELEMAHAN OTOT
Kelemahan Otot merupakan masalah yang sering terjadi, tetapi seringkali memberikan arti yang berbeda kepada setiap penderitanya. Beberapa penderita hanya merasakan lelah. Tetapi pada kelemahan otot yang sejati, meskipun sudah berusaha sekuat tenaga, kekuatan yang normal tidak akan dicapai. Kelemahan bisa terjadi di seluruh tubuh, atau hanya terbatas di satu lengan, tungkai, tangan atau jari tangan.
B.     PENYEBAB
Kelemahan otot bisa disebebkan oleh kelainan di otot, tendon, tulang atau sendi; tetapi yang paling sering menyebabkan kelemahan otot adalah kelainan pada sistem saraf. Kadang kelemahan otot terjadi setelah sembuh dari suatu penyakit dan seringkali timbul karena penuaan (sarkopenia). Penyebab Kelemahan Otot Penyebab contoh akibat kerusakan otak stroke atau tumor otak kelemahan atau kelumpuhan pada sisi yg berlawanan dengan otak yg mengalami kerusakan bisa mempengaruhi kemampuan berbicara, menelan, berfikir & kepribadian kerusakan medula spinalis cedera pada leher atau punggung, tumor medula spinalis, penyempitan saluran spinal, sklerosis multipel, mielitis transversus, kekurangan vitamin b12 kelemahan atau kelumpuhan pada lengan dan tungkai, hilangnya rasa, nyeri punggung bisa mempengaruhi fungsi seksual, pencernaan & kandung kemih kemunduran saraf pada medula spinalis sklerosis lateral amiotrofik hilangnya kekuatan otot tanpa disertai oleh hilangnya rasa kerusakan akar saraf spinalis ruptur diskus di leher atau tulang belakang bagian bawah nyeri leher & kelemahan atau mati rasa di lengan, nyeri punggung bagian bawah, skiatika & kelemahan atau mati rasa pada tungkai kerusakan pada 1 saraf (mononeuropati) neuropati diabetik, penekanan lokal kelemahan atau kelumpuhan otot & hilangnya rasa di daerah yg dipersarafi oleh saraf yg terkena kerusakan pada beberapa saraf (polineuropati) diabetes, sindroma guillain-barr, kekurangan folat, penyakit metabolik lainnya kelemahan atau kelumpuhan otot & hilangnya sensasi di daerah yg dipersarafi oleh saraf yg terkena kelainan pada neuromuscular junction miastenia gravis, keracunan kurare, sindroma eaton-lambert, keracunan insektisida kelumpuhan atau kelemahan pada beberapa otot penyakit otot penyakit cudhenne (distrofi muskuler) infeksi atau peradangan (miositis virus akut, polimiositis) kelemahan otot yg progresif di seluruh tubuh nyeri dan kelemahan otot kelainan psikis depresi, gejala khayalan, histeria (reaksi konversi), fibromialgia kelemahan di seluruh tubuh, kelumpuhan tanpa kerusakan saraf.
C.     GEJALA
Atrofi (penciutan otot) bisa merupakan akibat dari:
1.      kerusakan otot atau sarafnya
2.      jarang digunakan (karena menjalani tirah baring dalam waktu yang lama).
Dalam keadaan normal, pembesaran otot (hipertrofi) bisa terjadi setelah melakukan olah raga beban. Pada seseorang yang sakit, hipertrofi terjadi karena otot tersebut bekerja lebih berat untuk mengkompensasi kelemahan otot yang lainnya. Pembesaran otot juga bisa terjadi jika jaringan otot yang normal digantikan oleh jaringan yang abnormal, seperti yang terjadi pada amiloidosis dan kelainan otot bawaan tertentu (misalnya miotonia kongenital).
Fasikulasi (kedutan otot dibawah kulit yang tidak teratur dan tampak dari luar) biasanya menunjukkan kelainan saraf, meskipun kadang terjadi pada orang yang sehat (terutama jika gugup atau kedinginan) dan sering terjadi pada otot betis dari orang tua.
Otot yang tidak dapat mengendur (miotonia) biasanya menunjukkan adanya kelainan pada otot, bukan pada sarafnya.
Membedakan kelemahan otot berdasarkan sumbernya:
1.      Kelainan Saraf Kelainan Otot
2.      Otot mengecil tetapi lebih kuat Otot lebih lemah
3.      Terjadi kedutan otot dibawah kulit Kedutan otot tidak terjadi dibawah kulit
4.      Refleks menurun atau hilang sama sekali REfleks tetap ada meskipun otot sangat lemah
5.      Hilangnya rasa di seluruh otot yg melemah Rasa (sentuh & hangat) normal tetapi terdapat nyeri tumpul.