BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Upaya
manusia di bidang kesehatan pada era pembangunan ini telah membawa perubahan
konsep pelayanan kesehatan. Konsep pelayanan kesehatan dari berbagai disiplin
ilmu kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan baik individu
maupun masyarakat. Disamping itu, permasalahan kesehatan saat ini telah
bergeser dari pola penyakit menular ke pola penyakit tidak menular termasuk
penyakit akibat trauma dan degenerasi. Salah satu penyakit yang banyak
menyerang populasi usia produktif dan usia tua adalah low back pain.
Gangguan
nyeri punggung bawah dapat dialami oleh semua, tidak memandang tua, muda wanita
atau pria. Sebagian besar dari nyeri punggung bawah disebabkan karena otot-otot
pada pinggang sedikit lemah, sehingga pada saat melakukan gerakan yang kurang
betul atau berada pada suatu posisi yang cukup lama dapat menimbulkan
peregangan yang ditandai dengan rasa sakit (Diana Samara, 2003).
Keluhan
nyeri punggung bawah pernah dialami oleh 50-80% penduduk negara-negara industri
(Mink 1986, Kramer 1981, Haenen et al 1984, RKZ Zieknhuis 1988) dan
menghilangkan jam kerja yang sangat besar. Penelitian di Swedia (1971)
kehilangan 11 juta hari kerja pertahun. Ben et al (1975) menyatakan di inggris
kehilangan 13,2 juta hari kerja pertahun. Haenen et al (dalam nugroho D. S
1991) dari tahun 1975-1978 melakukan penelitian di dapatkan 51% pria dan 57%
wanita mengeluh nyeri punggung bawah dimana 50% nya dalam beberapa waktu tidak
bugar untuk bekerja dan 8% harus alih pekerjaan.
(http://Piriformis_syndrome.htm)
Sindroma
piriformis adalah gangguan neuromuskular yang terjadi karena saraf sciatica
(nervus ischiadicus) terkompresi atau teriritasi oleh otot piriformis sehingga
menimbulkan nyeri, kesemutan, dan mati rasa pada area bokong sampai perjalanan
saraf sciatica. Sekitar 15% dari populasi kasus sciatica (ischialgia) adalah
sindroma piriformis. (http://en.wikipedia.org/wiki/Piriformis_syndrome).
Fisioterapi
merupakan salah satu profesi kesehatan yang bertanggung jawab terhadap gangguan
gerak dan kemampuan fungsional sehingga fisioterapi sangat berperan didalam
mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak maksimum dan kemampuan
fungsional pasien. Seperti yang tercantum dalam WCPT (World Confederetion For Physical Therapy) tahun 2000, bahwa
fisioterapi adalah pemberi pelayanan kepada perorangan dan masyarakat untuk
mengembangkan, memelihara dan mengembalikan gerak maksimum dan kemampuan
fungsional sepanjang kehidupannya. Lingkup pelayanan fisioterapi adalah
kondisi-kondisi gangguan gerak dan fungsi yang disebabkan oleh proses penuaan,
injury atau penyakit. Dari pengertian tersebut maka fisioterapi berperan besar
dalam mengobati gangguan gerak dan fungsi akibat nyeri yang ditimbulkan oleh
sindroma piriformis.
Salah
satu intervensi fisioterapi dalam menangani kondisi sindroma piriformis adalah
Contract Relax Stretching. Contract relex stretching merupakan Teknik dikenal
sebagai aktive inhibisi yaitu teknik yang memfasilitasi pasien untuk re-laks
secara refleks pada otot yang akan distretch sebelum dilakukan teknik
stretching. Dengan teknik ini, otot yang akan distretch menjadi relaks terlebih
dahulu sebelum distretch sehingga hanya terjadi tahanan yang minimal dari otot
tersebut selama stretching, Teknik ini hanya menghasilkan relaksasi pada
struktur kontraktil bukan jaringan konektif (jaringan nonkontraktil), Teknik
ini dapat meningkatkan panjang otot melalui relaksasi dan pemanjangan komponen
kontraktil otot, Keuntungan teknik ini adalah pemanjangan otot lebih enak
dirasakan saat dilakukan stretching.
Dari
hasil opserpasi pada tanggal 20 februari 2009. di RSAD. Pelamonia. Data dari
bulan desember – februari 2009. Terdapat 20 orang yang mengalami penyakit
sindroma piriformis. Disamping itu sampai saat ini penelitian tentang Contact
Relex Stretching terhadap penurunan nyeri pada spasme piriformis oleh
fisioterapi sangat kurang, sehingga masi dibutuhkan penelitian lebih lanjut.
Berdasarkan uraian
diatas penulis tertarik untuk meneliti apakah ada pengaruh
Contract Relex Stretching terhadap penurunan nyeri pada spasme otot Piriformis
di RSAD. Pelamonia.
B.
Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh
Contract Relex Stretching terhadap penurunan nyeri pada spasme otot Piriformis?
C.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk
mengetahui pengaruh Contract Relex Stretching terhadap penurunan nyeri pada
spasme otot piriformis.
2.
Tujuan khusus :
a.
Diketahui distribusi
penderita yang mengalami spasme otot piriformis berdasarkan kelompok usia.
b.
Diketahui distribusi penderita yang mengalami spasme
otot piriformis berdasarkan jenis kelamin.
c.
Diketahui besarnya
pengaruh contract relax stretching terhadap penurunan nyeri pada spasme otot
piriformis.
D.
Manfaat penelitian
a.
Manfaat
bagi instritusi
1.
Sebagai bahan
referensi dalam penatalaksanaan fisioterapi untuk masyarakat yang mengalami
gangguan nyeri pada spasme Piriformis
2.
Sebagai sumbangan
ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang kesehatan.
3.
Diharapkan dapat
bermanfaat bagi peneliti selanjutnya
b. Manfaat
bagi profesi kesehatan
Hasil penelitian ini digunakan sebagai masukan bagi
tenaga kesehatan khususnya bagi fisioterapi bahwa metode Contract
Relax Stretching dapat digunakan untuk menurunkan nyeri pada
spasme otot Piriformis.
c.
Manfaat
bagi peneliti
Berguna dalam peningkatan pengetahuan untuk mencari jalan
keluar dari permasalahan gangguan nyeri pada
spasme otot Piriformis.
d.
Manfaat
bagi masyarakat
Hasil penelitian ini digunakan sebagai masukan bagi masyarakat untuk mengurangi resiko terjadinya nyeri pada
spasme otot Piriformis
1-2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar